Saat sperma dari laki-laki bersatu
dengan sel telur dari perempuan, inti dari bayi yang akan dilahirkan mulai
terbentuk. Sel tunggal ini, yang dalam biologi dikenal dengan istilah “zigot”,
akan segera mulai berkem-bang dengan melakukan pembelahan sel, dan akhirnya
menjadi “segumpal daging”.
Namun, zigot tersebut tidak
mengha-biskan masa pertumbuhannya dalam kehampaan. Zigot melekat pada rahim,
bagaikan akar yang menancap kuat ke bumi melalui sulurnya. Melalui ikatan ini,
zigot memperoleh zat gizi yang pen-ting bagi pertumbuhannya dari tubuh sang
ibu.
Perincian seperti ini tak mungkin
di-ketahui tanpa pengetahuan fisiologi yang memadai. Jelas, berabad-abad lalu
tidak ada seorang pun yang menguasai ilmu seperti itu. Tapi sungguh menarik,
Allah selalu menyebut zigot yang sedang tumbuh dalam rahim ibu sebagai
“segumpal darah” dalam Al Quran:
“Bacalah dengan (menyebut) nama
Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Pa-ling Pemurah.” (QS. Al 'Alaq, 96: 1-3) !
“Apakah manusia mengira, bahwa ia
akan dibiar-kan begitu saja (tanpa pertanggungan jawab)? Bu-kankah dia dahulu
setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim), kemudian mani itu menjadi
se-gumpal darah, lalu Allah menciptakannya, dan menyempurnakan-nya, lalu Allah
menjadikan darinya sepasang; laki-laki dan perem-puan.” (QS. Al Qiyaamah, 75:
36-39) !
Dalam bahasa Arab, arti kata “'alaq”
atau “segumpal darah” adalah “benda yang melekat pada suatu tempat”. Secara
harfiah, kata tersebut digunakan untuk menjelaskan lintah yang menempel pada
kulit untuk mengisap darah. Jelas, itulah kata yang paling tepat untuk
menggam-barkan zigot yang melekat pada dinding rahim untuk menyerap makan-an
darinya.
Masih banyak ayat Al Quran yang
mengungkap tentang zigot ini. Dengan menempel pada rahim secara sempurna, zigot
pun mulai tum-buh. Sementara itu, rahim sang ibu dipenuhi dengan “cairan
amnion” yang melingkupi zigot. Fungsi terpenting cairan amnion bagi
pertum-buhan bayi adalah melindungi si bayi dari “serangan” dari luar. Dalam Al
Quran, fakta ini diungkapkan sebagai berikut:
“Bukankah Kami menciptakan kamu dari air
yang hina? Kemudian Kami letakkan dia dalam tempat yang kokoh (rahim).” (QS Al
Mursalat, 77: 20-21) !
Semua informasi Al Quran tentang
pembentukan manusia ini mem-perlihatkan bahwa Al Quran berasal dari sebuah
sumber yang mengeta-hui masalah ini hingga hal yang sekecil-kecilnya. Sekali
lagi, ini membuk-tikan bahwa Al Quran adalah firman Allah.
Sementara itu, embrio yang awalnya
mirip gel, mulai berubah seiring waktu. Dalam struktur yang mulanya lunak ini,
mulai terbentuk tulang keras untuk membantu tubuh berdiri tegak. Kemudian sel,
yang mulanya semua sama, mulai terspesialisasi: ada yang membentuk sel mata
yang peka terhadap cahaya, sel saraf yang peka terhadap panas, dingin, dan
sakit, dan sel yang peka terhadap getaran suara. Apakah sel-sel itu sendiri
yang menentukan perbedaan-perbedaan ini? Apakah mereka sendiri yang pertama
kali memutuskan untuk membentuk hati atau mata ma-nusia, kemudian menuntaskan
tugas yang luar biasa ini? Ataukah di lain pihak, mereka telah diciptakan
dengan tepat untuk tujuan-tujuan ini? Kearifan, kecerdasan, dan jiwa pasti akan
membenarkan alternatif kedua.
Pada akhir proses, setelah sang bayi
tumbuh sempurna di dalam rahim ibu-nya, ia lalu lahir ke dunia. Kini bayi itu
100 juta kali lebih besar dan 6 miliar kali lebih berat daripada wujud awalnya.
Inilah kisah awal mula kehidupan
manusia, bukan makhluk lain. Jadi, apa yang lebih penting bagi manusia selain
mengetahui tujuan penciptaan yang menakjubkan ini?
Sangat tidak logis bila kita berpikir
bahwa semua fungsi kompleks ini terjadi “atas kemauan sendiri”. Tidak ada
seorang pun yang memiliki kekuatan untuk menciptakan dirinya sendiri,
menciptakan orang lain, atau menciptakan benda lain. Allah-lah yang menciptakan
semua kejadian yang telah dijelaskan tadi, pada setiap saat terjadinya, setiap
detiknya, dan setiap tahapannya.
“Dan Allah menciptakan kamu dari tanah,
kemudian dari air mani, kemudian Dia menjadikan kamu berpasangan (laki-laki dan
perem-puan). Dan tidak ada seorang perempuan pun mengandung dan tidak (pula)
melahirkan melainkan dengan sepengetahuan-Nya. Dan seka-li-kali tidak
dipanjangkan umur seorang yang berumur panjang dan tidak pula dikurangi
umurnya, melainkan (sudah ditetapkan) dalam Kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya
yang demikian itu bagi Allah adalah mudah.” (QS. Faathir, 35: 11) !
Tubuh kita, yang terbentuk hanya dari
“setetes mani”, berubah men-jadi manusia yang memiliki jutaan keseimbangan yang
rumit. Meskipun tidak kita sadari, di dalam tubuh kita terdapat sistem yang
teramat kom-pleks dan rumit, yang membantu kita bertahan hidup. Semua sistem
ini dirancang dan dioperasikan hanya oleh Sang Pemilik dan Pencipta kita, yakni
Allah, untuk menyadarkan kita bahwa “kita diciptakan”.
Manusia diciptakan oleh Allah. Sejak
diciptakan, manusia tidak per-nah “dibiarkan tanpa pengaturan atau tanpa
tujuan”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar